Jumat, 27 Mei 2011

Analisis Tokoh (Tugas Psikologi Kepribadian)


Analisis Tokoh John F. Kennedy Berdasarkan Teori Alfred Adler



BAB I
PENDAHULUAN


A.      Alasan Pemilihan Tokoh

Tokoh yang dipilih dalam tugas analisis ini adalah John F. Kennedy. Ia adalah presiden Amerika Serikat yang termuda (diangkat pada usia empat puluh tiga tahun) dan menjadi presiden AS beragama Katolik yang pertama. John F. Kennedy memiliki pengalaman masa kecil yang sangat menarik untuk dibahas. Kondisinya yang inferior karena penyakit yang dideritanya, persaingannya dengan kakak kandungnya Joe Jr, dan cara orang tuanya memperlakukannya telah mempengaruhi pembentukan kepribadiannya. Sebagai orang yang pernah menjadi presiden untuk negara adikuasa dengan latar belakang kehidupannya yang unik, John F. Kennedy sangat menarik untuk dianalisis dari salah satu teori kepribadian.
Kebijakan-kebijakan yang pernah diambil oleh John F. Kennedy selama menjabat sebagai presiden Amerika seperti pemberian dukungan yang serius bagi eksplorasi ruang angkasa Amerika, komitmen yang penuh pada perjuangan hak warga sipil, pembentukan program food for Peace dan pengambilan keputusan dalam permasalahan Tragedi Teluk Babi menjadi topik yang menarik untuk dibahas dari segi teori kepribadiaan.


B.       Alasan Pemilihan Teori

Teori yang digunakan dalam analisis tokoh John F. Kennedy adalah teori Psikologi Individual dari Alfred Adler. Teori Psikologi Individual milik Adler menggambarkan pandangan optimis akan manusia yang bersandar pada gagasan minat sosial (social interest), yaitu perasaan menyatu dengan semua umat manusia (Feist & Feist, 2009). Teori ini dipilih karena dianggap paling cocok untuk menjelaskan kepribadian dari John F. Kennedy. Pengalaman di masa kecil antara Adler dan John F. Kennedy hampir sama yaitu adanya perasaan inferior dan persaingan dengan saudara kandung (kakak). Pengalaman hidup Adler ini juga tergambar dalam teorinya. Prinsip utama dalam Teori Psikologi Individual Adler adalah striving for success or superiority, subjective perception, self-consistent, social interest, style of life, dan creative power (Feist & Feist, 2009).
Teori Adler menarik untuk dibahas karena Adler menawarkan potret manusia yang lebih memuaskan, lebih penuh harapan, dan lebih mengangkat harkat manusia. Konsepsi Adler tentang hakikat kepribadian sejalan dengan pengertian populer bahwa individu-individu dapat menjadi tuan, bukan korban dari suratan tangannya (Hall & Lindzey, 1993).


BAB II
ISI


John F.Kennedy, yang dipanggil dengan nama kecilnya “Jack” adalah putra kedua dari sembilan bersaudara. Ketika Jack berusia dua setengah tahun, ia terserang scarlet fever (seperti campak), penyakit yang mematikan. Penyakit itu menular hingga Jack harus dipisahkan dari ibu dan adiknya yang masih bayi (McDonough, 2007). Pada masa yang sulit ini, Jack benar-benar membutuhkan ibunya tapi hal itu tidak bisa terpenuhi. Menurut Adler (dalam Feist & Feist, 2009), manusia lahir dengan tubuh yang lemah dan inferior yaitu suatu kondisi yang mengarah pada perasaan inferior sehingga mengakibatkan ketergantungan pada orang lain. Untung saja Jack masih memiliki pengasuhnya yang senantiasa mendongengkannya cerita-cerita hebat setiap hari dan boneka teddy bear kesayangannya yang selalu menemaninya. Untuk mengusir hari-hari yang membosankan selama di tempat tidur, Jack membaca banyak buku dan buku kesukaannya adalah kisah Raja Arthur dan Para Kesatria Meja Bundar (McDonough, 2007).
Andaikan Jack tidak sedang sakit yang membuatnya terbaring di ranjang, Jack akan mencoba untuk menyamai Joe Jr., kakaknya. Sang kakak lebih tinggi, lebih kuat, lebih cerdik, lebih cepat, dan mampu melakukan segalanya dengan lebih baik (McDonough, 2007). Adler, 1931 (dalam Feist & Feist, 2009) menjelaskan bahwa kelemahan fisik dan perasaan yang kuat untuk bersaing dengan kakak laki-laki bisa muncul pada anak kedua. Sifat positif yang muncul pada anak kedua adalah bermotivasi tinggi, bisa bekerja sama, dan daya saing yang cukup kuat. Sedangkan untuk sifat negatifnya adalah daya saing sangat tinggi, mudah berkecil hati. Perasaan daya saing (kompetisi) telah diperlihatkan Jack terhadap kakaknya, Joe Jr.
 Pada suatu saat Joe menantang Jack untuk berlomba balap sepeda. Namun, perlombaan kali ini bukanlah perlombaan biasa. Masing-masing dari mereka akan melarikan sepedanya ke arah yang berbeda, lalu berputar. Ketika mereka bertemu kembali, yang berkelit duluan dinyatakan kalah. Joe merasa yakin bahwa Jack tidak akan berani. Namun ternyata Jack bukannya menghindar malah dengan serampangan Jack menabrak Joe di depannya sampai Jack terjatuh dan dibawa ke rumah sakit, dimana ia mendapatkan dua puluh delapan jahitan. Jack tak mau terlihat ketakutan di mata Joe. Sedemikian besarlah arti kemenangan baginya (McDonough, 2007). Adler (dalam Feist & Feist 2009) menjelaskan bahwa kepribadian anak kedua dibentuk oleh persepsi mereka akan sikap anak sulung terhadap mereka. Jika sikap yang ditunjukkan anak sulung adalah permusuhan dan balas dendam yang berlebihan, maka anak kedua mungkin menjadi sangat kompetitif atau sangat berkecil hati. Namun, tipikal anak kedua tidak terbentuk kedua arah tersebut. Sebaliknya, anak kedua tumbuh dengan memiliki daya saing yang cukup serta keinginan sehat untuk mengalahkan saingannya yang lebih tua. Jika suatu keberhasilan dicapai, maka anak tersebut kemungkinan besar membentuk sikap revolusioner dan menganggap bahwa setiap otoritas bisa ditantang.
Meskipun akhirnya Jack sembuh, ia adalah anak yang lemah dan kerap kali sakit-sakitan. Beberapa kali ia terserang pilek, flu, sakit perut, alergi, hingga sakit yang lebih serius seperti bronkitis dan difteri (McDonough, 2007). Jack tahu bahwa ayahnya menyukai pemenang. Tidak ada toleransi bagi para pecundang ataupun orang cengeng dalam keluarga Kennedy. Untuk menyenangkan hati ayahnya, Jack selalu berpura-pura menjadi pemenang, bahkan jika itu berarti akan membahayakan dirinya sendiri. Hal ini sejalan dengan teori Adler mengenai masculine protest dimana anak laki-laki sering diajarkan sejak kecil untuk menjadi seseorang maskulin artinya menjadi berani, kuat, dan dominan. Lambang keberhasilan untuk anak laki-laki adalah menang, berkuasa, dan berada di atas (Feist & Feist, 2009). Setiap pagi anak-anak Kennedy harus berolahraga  di halaman berumput dan mereka dilatih oleh seorang pelatih olahraga dan semua orang tau bahwa anak-anak keluarga besar Kennedy selalu bermain untuk menang (McDonough, 2007).
Jack tidak dapat menyenangkan hati ayah ataupun ibunya. Ibunya sering berada jauh dari anak-anaknya. Ia melakukan perjalanan ke Eropa untuk berbelanja busana gaya mutakhir. Ibu Jack selalu memarahinya karena penampilan Jack yang sembarangan. Kemejanya tak pernah dimasukkan, dengan kerah yang berdiri. Ia juga sering terlambat saat acara makan bersama. Ketika Jack berusia lima tahun, ibunya merencanakan perjalanan selama tiga minggu ke California bersama kakak perempuannya. Bertahun-tahun setelahnya, Jack berkata : “Ibu saya tidak perna ada ketika kami sedang benar-benar membutuhkannya. Ibu saya tak pernah sungguh-sungguh memegang dan memeluk saya” (McDonough, 2007). Adler (dalam Feist & Feist, 2009) menjelaskan bahwa jika ibu lebih mendahulukan anak daripada ayah, maka anak akan menjadi manja. Sebaliknya, jika ibu lebih mendahulukan suami dan orang lain di dalam masyarakat, anak akan merasa diabaikan dan tidak dicintai. Menurut standar Adler, 1956 (dalam Feist & Feist, 2009), ayah yang berhasil adalah ayah yang bisa menghindari dua kesalahan, yaitu keterlepasan emosional dan autoritarianisme.  Hubungan yang dimiliki seorang anak dengan ayah ibunya sangat penting sehingga bisa mengalahkan pengaruh dari keturunan. Jack merasa ayahnya lebih menyenangkan karena ayahnya menyediakan fasilitas-fasilitas untuk menyalurkan hobi anak-anaknya seperti membangun lapangan tenis pribadi, kolam renang dan mau menyediakan waktu untuk menemani anaknya bermain bersama (McDonough, 2007).
Pada musim gugur tahun 1930, Jack mengikuti persiapan sekolah menengah pertama di Canterbury. Di sana ia menghadapi masa-masa yang sulit. Seringkali ia merasa kesepian dan ingin pulang, sampai kemudian Jack terserang demam tinggi dan pada kulitnya muncul bintik-bintik merah. Setelah liburan paskah, dokter memutuskan untuk membuang usus buntunya dan ia tak pernah benar-benar pulih dari operasi itu. Pada musim gugur selanjutnya, Jack malah mengikuti kakaknya ke Choate, sebuah sekolah berasrama. Di sana Jack bukan siswa ataupun atlet yang menonjol. Ia gemar membaca sejarah, gemar menulis, dan sanggup menjawab pertanyaan yang menguras otak (McDonough, 2007). Adler (dalam Hall & Lindzey, 1993) menjelaskan bahwa setiap orang mempunyai tujuan yang sama, yakni superoiritas, namun cara untuk mengejar tujuan ini tak terhingga jumlahnya. Orang yang satu berusaha menjadi superior dengan mengembangkan intelektualnya, yang lain mengerahkan segenap usahanya untuk mencapai kesempurnaan otot.
Jack merasa tidak mudah mempunyai kakak seperti Joe. Ketika beranjak dewasa, Jack berkata, “Joe adalah bintang keluarga. Ia melakukan segalanya lebih baik daripada kami semua” (McDonough, 2007). Hal ini membuat Jack frustasi. Ia tidak ingin dibandingkan dengan Joe. Mustahil ia sanggup bersaing dengannya dan menang. Yang terjadi kemudian, Jack tertlihat mencoba untuk berbeda dengan Joe. Teori Adler (dalam Feist & Feist, 2009) menjelaskan bahwa tujuan akhir mempunyai makna yang besar karena mempersatukan kepribadian dan membuat semua prilaku dapat dipahami. Tujuan merupakan produk dari daya kreatif (creative power), yaitu kemampuan manusia untuk secara bebas membentuk perilakunya dan menciptakan keribadian mereka sendiri. Tujuan akhir seseorang adalah mengurangi rasa sakit akibat perasaan inferior dan mengarahkan orang tersebut baik kepada superioritas atau keberhasilan. Inilah yang dilakukan oleh Jack. Untuk mengurangi rasa sakit akibat perasaan inferior dan mengarahkan pada keberhasilan, ia memilih untuk secara bebas membentuk perilakunya dan menciptakan keribadiannya sendiri.
Adler (dalam Hall & Linzey, 1993) menjelaskan bahwa setiap orang merupakan konfigurasi unik dari motif-motif, sifat-sifat, minat-minat, dan nilai-nilai; setiap perbuatan yang dilakukan orang membawa corak khas gaya hidupnya sendiri. Joe adalah siswa yang serius, jadi Jack akan bersikap biasa-biasa saja dalam menangani tugas-tugas di sekolahnya. Jika Joe cermat dan hati-hati, Jack akan bersikap keras kepala dan ceroboh. Di sekolah yang sama dengan Joe, Jack membantu terbentuknya “Muckers’ Club” yang anggotanya adalah orang-orang yang suka bercanda dan berkelakar, juga bersenang-senang.  Joe adalah anak teladan yang berhasil merebut perhatian kedua orang tua maupun adik-adiknya dengan nilai-nilainya yang tinggi dan keterampilannya di bidang olah raga. Namun, Jack adalah anak yang sanggup memikat adik-adiknya dengan semangat hidupnya yang tinggi dan energinya yang besar untuk kehidupan. Anak-anak Kennedy yang lebih  kecil mengagumi Joe. Namun, mereka memuja Jack. Walaupun adakalanya Jack merasa tenggelam dalam keluarga besar semacam itu, ia juga sangat mencintai adik-adiknya. Ikatan yang kuat terjalin di antara mereka sepanjang hidup mereka. Persepsi subjektif seseorang membentuk perilaku dan kepribadian mereka. Sikap juang manusia tidak ditentukan oleh kenyataan, namun oleh persepsi subjektif mereka akan kenyataan, yaitu oleh fiksi mereka atau harapan masa depan (Adler, dalam Feist & Feist, 2009). Inilah yang dilakukan oleh Jack bahwa persepsi subjektifnya membentuk perilaku dan kepribadiannya.
 Jack memutuskan untuk tidak meneruskan ke Universitas Harvard, seperti ayahnya dan kakaknya. Jack malah memilih meneruskan ke Universitas Princeton. Lagi-lagi Jack ingin menempuh jalannya sendiri dan bukannya mengikuti jejak kakaknya. Namun, Jack merasa tidak bahagia di sana dan dalam waktu singkat, ia pindah kuliah ke Harvard. Semester musim semi pada tahun 1939 dihabiskan Jack di Eropa. Ia bepergian ke berbagai negara dan mencatat secara seksama apa yang dilihatnya, dibacanya, dan didengarnya. Perjalanannya itu membuka pikiran dan hatinya. Ketika kembali ke perkuliahan, ia menjadi mahasiswa yang serius. Jack menulis makalah tentang mengapa Inggris tidak siap terjun ke dalam peperangan yang sangat mengerikan itu (melawan Hitler). Jack kemudian mengirimkan tulisan itu kepada ayahnya dan dalam surat tersebut Jack juga mengatakan “... Karya ini mewakili kerja yang lebih keras dari pada yang pernah saya kerjakan dalam hidup saya”. Ayah Jack terkesan dengan apa yang dibacanya sehingga ia menghubungi sebuah penerbit. Pada bulan Juli 1940, buku karya Jack – Why England Sleep – menjadi buku laris (McDonough, 2007). Adler (dalam Hall & Lindzey, 1993) menjelaskan bahwa diri mencari pengalaman-pengalaman yang akan membantu pemenuhan gaya hidup sang pribadi yang unik; apabila pengalaman-pengalaman ini tidak ditemukan di dunia maka diri akan berusaha menciptakannya. Jack telah berusaha menarik perhatian ayahnya dengan caranya sendiri. Walaupun prestasinya rata-rata, Jack berhasil membuat para dosennya terkesan dengan tulisan-tulisan dan pemikiran-pemikirannya. Kini keluarganya mulai memandang Jack dari sudut pandang yang baru (McDonough, 2007).
Adler (dalam Feist & Feist, 2009) menjelaskan bahwa dalam perjuangan mencapai tujuan akhir, manusia menciptakan dan mengejar banyak tujuan awal. Subtujuan ini sering kali disadari, tetapi hubungan antara subtujuan dengan tujuan akhir biasanya tetap tidak diketahui. Lebih jauh lagi, hubungan di antara subtujuan itu sendiri jarang disadari. Namun, dari sudut pandang tujuan akhir, subtujuan tersebut cocok dengan suatu pola self-consistent. Ketika tujuan akhir seseorang diketahui, semua tindakan menjadi jelas dan setiap subtujuan mendapatkan makna yang penting.  Hal ini telah dilakukan Jack dimana untuk mencapai tujuan akhirnya yaitu mengurangi rasa sakit akibat perasaan inferior dan ingin membuat ayahnya bangga kepadanya, ia sudah menciptakan dan mengejar banyak tujuan awal.
Joe Jr. Dan Jack ingin ikut bertempur dalam Perang Dunia II. Joe langsung diterima sebagai kadet udara di Angkatan Laut. Sedangkan Jack harus menunggu karena kesehatannya yang rapuh dan nyeri punggungnya. Jack gagal dalam tes fisik. Namun, Jack bertekad untuk mendaftarkan diri dan akhirnya diterima di Angkatan Laut Amerika Serikat. Dalam menjalankan tugasnya sebagai Angkatan Laut Amerika Serikat, Jack pernah menyelamatkan anak buahnya sehingga ia kemudian menjadi pahlawan dan pada tahun 1944 ia menerima medali dari Angkatan Laut Amerika untuk keberaniannya (McDonough, 2007). Hal ini telah menumbuhkan rasa percaya diri pada Jack bahwa meskipun ia seseorang yang inferior, ia bisa melakukan sesuatu yang berarti.
Joe Jr. tewas dalam kecelakaan pesawat terbang saat sedang menjalankan misi perang yang berbahaya. Setelah kematian Joe Jr., ayah Jack menjatuhkan harapannya pada Jack. Ayahnya pernah berharap putra sulungnya menjadi presiden Katolik pertama untuk AS. Tetapi kini Joe Jr. telah meninggal. Jack adalah harapan berikutnya. Jack tahu ayahnya menghendakinya untuk menjadi presiden (McDonough, 2007). Hal ini menjadi tantangan yang memotivasi Jack. Adler (dalam Hall & Lindzey, 1993) menjelaskan bahwa dari lahir sampai mati perjuangan ke arah superioritas itu membawa sang pribadi dari satu tahap perkembangan ke tahap-tahap perkembangan berikutnya yang lebih tinggi. Ia merupakan prinsip dinamik prepoten. Dorongan-dorongan tidaklah terpisah, karena masing-masing dorongan mendapatkan dayanya dari perjuangan ke arah kesempurnaan. Ini adalah kesempatan bagi Jack untuk membuktikan kepada ayahnya bahwa ia bisa seperti kakaknya Joe yang senantiasa memenuhi harapan ayahnya.
Jack pernah bercita-cita untuk menjadi profesor atau penulis. Namun, karena harapan ayahnya, kematian Joe, dan pengalamannya pada masa perang, akhirnya Jack merubah cita-citanya. Jack kemudian memutuskan untuk terjun ke dunia politik dengan menjadi anggota Kongres dari Boston untuk Partai Demokrat (McDonough, 2007). Adler (dalam Feist & Feist, 2009) menjelaskan bahwa orang yang sehat secara psikologis berperilaku dengan cara yang berbeda dan fleksibel dalam gaya hidup yang kompleks, selalu berkembang, dan berubah.  Manusia yang sehat melihat banyak cara dalam meraih keberhasilan dan terus menerus mencari cara untuk menciptakan pilihan-pilihan baru dalam hidup mereka. Meskipun tujuan akhir mereka tetap sama, cara mereka menghayati dan menerima tujuan tersebut selalu berubah. Jadi, mereka bisa memilih pilihan baru dalam setiap titik kehidupan mereka.
Adler (dalam Feist & Feist, 2009) menjelaskan bahwa fiksi manusia yang paling penting adalah tujuan meraih superioritas atau keberhasilan, tujuan yang diciptakan di awal kehidupan dan mungkin tidak dipahami dengan jelas. Tujuan akhir yang fiksional dan subjektif ini menuntun gaya hidup manusia dan menyatukan kepribadian manusia. Hal ini terjadi pada Jack dimana tujuan yang diciptakan di awal kehidupannya telah menuntun gaya hidupnya. Manusia tidak dimotivasi oleh sesuatu yang nyata, tetapi oleh persepsi subjektif mereka tentang apa yang benar. Sebagai fiksi, persepsi-persepsi ini tidak perlu disadari atau dimengerti. Namun demikian, persepsi ini memberikan tujuan pada semua tindakan manusia dan bertanggung jawab untuk pola konsisten yang berjalan di sepanjang hidup mereka (Adler dalam Feist, 2009).
 Setelah melakukan kompanye, Jack akhirnya memenangkan pemilihan sehingga kini ia bertugas di Dewan Perwakilan Rakyat. Walaupun Jack memasuki dunia politik dengan rasa enggan, ia ingin membantu menyelesaikan masalah di negerinya sekaligus masalah dunia. Hasrat untuk membantu sesama tetap membara dalam jiwanya. Jack berkata, “Jika kita hendak mengubah hal-hal tertentu yang memang mesti diubah, kita semua harus mau melakukan hal-hal yang sebenarnya enggan kita lakukan” (McDonough, 2007). Adler (1929/1969 dalam Feist, 2009) menekankan bahwa kelemahan fisik saja tidak menyebabkan seseorang menjalani gaya hidup tertentu. Kelemahan fisik hanya memberikan motivasi pada saat ini untuk meraih tujuan masa depan. Kini hasrat untuk membantu sesama yang membara dalam jiwa Jack telah ikut mempengaruhi gaya hidupnya.
Setelah lima tahun menjabat sebagai anggota kongres, Jack bersiap untuk mengambil langkah selanjutnya yaitu Senat. Seluruh anggota keluarga besar Kennedy menggalang kekuatan untuk membantu Jack memenangkan pemilihan dan akhirnya Jack memenangkan pemilihan tersebut. Jack dilantik sebagai Senator di usianya yang tiga puluh lima tahun. Selaku senator, Jack mewakili kepentingan dan kebutuhan rakyat Massachusetts. Ia mulai mengabdikan diri untuk masalah-masalah seputar pendidikan, buruh, dan kebijakan luar negeri (McDonough, 2007).
John F.Kennedy akhirnya menerima kemenangan melawan Richard Nixon dalam pemilihan presiden AS. Ia akan menjadi presiden AS yang termuda (diangkat pada usia empat puluh tiga tahun) dan menjadi presiden AS beragama Katolik yang pertama. Jack sempat kecewa pada kemenangannya yang tipis. Ia hanya berhasil memenangkan 49,7 persen suara, dibandingkan dengan Richard Nixon yang meraih 49,6 persen. Pidato presiden Kennedy menjadi terkenal karena kata-kata ini: “Dan karena itu, sesamaku rakyat Amerika, jangan tanya apa yang dapat diperbuat oleh negaramu untukmu, tanyalah apa yang dapat kau perbuat untuk negaramu” (McDonough, 2007). Selama menjadi presiden, Kennedy sempat berseloroh tentang pekerjaannya: “Gajinya tinggi dan saya bisa berjalan kaki ke tempat kerja saya.” Seperti biasa dengan sikap rendah hatinya, Jack tidak menambahkan bahwa ia menyerahkan gajinya kepada yayasan amal (McDonough, 2007). Adler (dalam Feist & Feist, 2009) menjelaskan bahwa individu-individu yang sehat peduli dengan tujuan-tujuan yang melebihi diri mereka sendiri, mampu untuk menolong orang lain tanpa menuntut atau mengharap imbalan, dan mampu melihat orang lain tidak sebagai lawan, tetapi sebagai manusia  yang bisa diajak bekerja sama untuk kepentingan sosial. Keberhasilan mereka tidak diperoleh dengan cara mengorbankan orang lain, tetapi merupakan kecenderungan untuk  mencapai keutuhan dan kesempurnaan.
John F. Kennedy memberikan dukungannya yang serius bagi eksplorasi ruang angkasa Amerika. Kennedy yakin kalau Amerika Serikat, bangsa terkaya di dunia, harus membantu bangsa-bangsa lain yang lebih miskin. Sehingga kemudian ia membentuk Food for Peace. Kapal-kapal kargo berisikan makanan dikirim ke negara-negara di Afrika, Asia, dan Amerika Latin, yang rakyatnya tidak memiliki cukup makanan (McDonough, 2007). Adler (dalam Feist & Feist, 2009) menjelaskan bahwa manusia dengan gaya hidup yang sehat dan bermanfaat secara sosial menunjukkan minat sosial mereka melalui tindakan. Mereka secara aktif berusaha mencari penyelesaian dari masalah utama dalam kehidupan dan mereka melakukannya dengan kerja sama, keteguhan hati, dan kerelaan untuk memberikan kontribusi demi kesejahteraan orang lain. Dari sini dapat diketahui bahwa John F. Kennedy adalah individu yang sehat dengan minat sosial yang tinggi.
Selama masa kepresidenannya, Jack berkomitmen penuh pada perjuangan hak warga sipil. Pada Juni 1963, ia berkata kepada rakyat Amerika, “Terdapat penundaan satu abad sejak pembebasan budak oleh Presiden Lincoln.... namun cucu-cucu mereka belum sepenuhnya bebas. Mereka belum bebas dari belenggu ketidakadilan, mereka belum bebas dari penindasan sosial dan ekonomi. Dan, bangsa ini... tidak akan sepenuhnya bebas sampai semua warga negaranya besas (McDonough, 2007). Adler (dalam Fesit & Feist, 2009) menjelaskan bahwa daya kreatif (creative power) yang dimiliki manusia membuat mereka mengendalikan kehidupan mereka sendiri, bertanggung jawab akan tujuan akhir mereka, menentukan cara yang mereka pakai untuk meraih tujuan tersebut, dan berperan dalam membentuk minat sosial mereka.
John F. Kennedy hanya tiga tahun memangku jabatan sebagai presiden karena ia membuat kesalahan dalam pengambilan keputusan yang dikenal dengan Tragedi Teluk Babi. Ia menyesali keputusan yang telah diambilnya. Malapetaka Teluk Babi memperburuk citra Amerika di mata dunia. John Kennedy tidak pernah melupakan tragedi teluk babi. Ia tahu bahwa ia telah melakukan kesalahan. Seharusnya ia berpikir – dan bertindak – dengan sangat hati-hati (McDonough, 2007).
Adler (dalam Fesit & Feist, 2009) menjelaskan bahwa pembentukan gaya hidup seseorang bergantung pada bagaimana orang tersebut memandang perasaan inferior yang ada dalam dirinya. Orang yang sehat secara psikologis dimotivasi oleh perasaan tidak lengkap yang wajar dan tingkat minat sosial yang tinggi. Mereka berjuang untuk meraih tujuan keberhasilan, yang didefinisikan dalam pengertian kesempurnaan dan keutuhan untuk setiap orang. Perasaan inferior yang wajar menghasilkan gaya hidup yang sehat. Mereka merekonstruksi peristiwa-peristiwa untuk membuat dirinya konsisten dengan tema atau pola yang berlangsung dalam kehidupannya. Inilah yang terjadi pada John F. Kennedy. Meskipun awalnya ia merasa inferior, namun ia bisa bangkit dari keterpurukannya. Cara pandangnya (subjective perception) terhadap perasaan inferior yang wajar dan minat sosialnya (social interest) yang tinggi telah memotivasinya untuk berjuang meraih tujuan keberhasilan (striving for success or superiority), yang didefinisikan dalam pengertian kesempurnaan dan keutuhan untuk setiap orang. Gaya hidup (life style) yang sehat ini dibentuk oleh daya kreatif (creative power).
Sebagaimana Raja Arthur yang legendaris, yang pernah dikaguminya ketika masih kecil, John F.Kennedy telah mencoba untuk menjadi pemimpin yang adil, berani, dan dihormati. Ia membangkitkan inspirasi bangsanya untuk berharap dan memimpikan masa depan yang lebih baik. Jabatan presiden hanya dipangkunya selama seribu hari. Namun John F.Kennedy memiliki tempat istimewa di hati seluruh rakyat Amerika (McDonough, 2007).

BAB III
PENUTUP



            Setelah melakukan analisis terhadap kepribadian John F. Kennedy dengan menggunakan teori Adler, penulis dapat mengetahui bahwa ternyata pembentukan kepribadian seseorang memang dipengaruhi oleh lingkungan terutama perlakuan orang tua dan lingkungan sosial anak. Masa lima tahun pertama dalam kehidupan merupakan masa yang paling penting karena pada masa itu lah terjadi proses pembentukan kepribadian.
Teori Psikologi Individual milik Adler yang menekankan minat sosial memberikan motivasi tersendiri bagi penulis untuk meningkatkan minat sosial dalam kehidupan sehari-hari. Minat sosial adalah ukuran yang digunakan Adler untuk mengukur kesehatan psikologis sehingga hal itu dianggap sebagai “kriteria tunggal dari nilai manusia” (Adler, 1927, hal 167 dalam Feist & Feist, 2009). Bagi Adler (dalam Feist & Feist, 2009) minat sosial adalah satu-satunya standar untuk menilai seberapa berharganya seseorang. Sebagai barometer kenormalan, minat sosial adalah standar yang digunakan untuk menentukan seberapa bermanfaatnya hidup seseorang.
Tugas analisis tokoh ini memiliki banyak manfaat untuk penulis. Salah satunya adalah untuk memudahkan penulis dalam memahami teori kepribadian yang telah dipelajari. Dengan langsung menerapkan pelajaran teori kepribadian yang telah dipelajari melalui analisis tokoh, penulis menjadi tahu dan paham bagaimana teori tersebut bisa dilihat dalam kehidupan nyata.
Selain untuk meningkatkan pemahaman akan teori kepribadian yang telah dipelajari, penulis juga mendapatkan manfaat berupa pengetahuan tentang kisah yang bisa menjadi inspiratif. Perjalanan kehidupan John F. Kennedy memberikan inspirasi bagi penulis untuk bisa optimis dalam menjalani hidup. Hal ini sejalan dengan teori yang digunakan Adler yang sifatnya cenderung optimistik.



DAFTAR PUSTAKA



Feist, J. & Feist,G.J. 2009. Theories of  personality (Ed.7). New York: McGraw-Hill

Hall, C.S. & Lindzey, G. 1993. Psikologi kepribadian 1: Teori-teori psikodinamik (Klinis).
     Yogyakarta: Kanisius

McDonough, Y.Z. 2007. Siapakah John F. Kennedy ?. Jakarta: PT Gramedia