Jumat, 27 Mei 2011

Tugas Wawancara Enterpreneur (Psikologi Enterpreneurial)




LAPORAN HASIL WAWANCARA ENTREPRENEUR
USAHA ES POCONG MARGONDA

A.  Deskripsi Usaha
            Bagi mahasiswa Universitas Indonesia di kampus Depok, nama Es Pocong bukan lagi hal yang asing di telinga mereka. Seringkali mereka menyebut daerah Stasiun UI sebagai “Es Pocong” karena letaknya yang persis di pinggir jalan menuju Stasiun UI. Untuk sebuah usaha kecil menengah ini, trademark yang sudah melekat di ingatan semua orang tentu saja bukan menjadi tujuan usaha mereka. Menu-menu khusus yang dijual di kedai Es Pocong antara lain minuman-minuman yang diracik sendiri dan diberikan nama yang menarik minat, seperti es pocong (sirup + bubur sum-sum + pisang) atau kuntilanak (sirup stroberi + soda + susu), dan jenis-jenis minuman menarik lainnya. Selain minuman khas Es Pocong, terdapat pula makanan-makanan yang merupakan kreasi sendiri dan juga diberikan nama yang terlihat aneh, misalnya jenglot (kentang + saus spaghetti + keju) atau tempe mendoan khas Es Pocong dengan porsi cukup besar. Selain menu-menu yang unik, harga makanan dan minuman yang ditawarkan tergolong mudah untuk dijangkau masyarakat dan mahasiswa, terutama mahasiswa yang berasal dari Universitas Indonesia dan sekitarnya.

B.  Hasil Wawancara
Wawancara kami lakukan pada hari Jumat tanggal 11 Maret 2011 di Outlet Es Pocong Jalan Margonda Raya Depok. Kami mewawancarai Mas Boni, yang merupakan pegawai senior sekaligus orang yang dipercaya menjalankan usaha Es Pocong di Jalan Margonda Depok. Usaha Es Pocong ini didirikan bersama oleh Pak Rachmat, Pak Haris dan Pak Hakim pada tanggal 19 Juni 2006. Namun pada perkembangannya, yang lebih berperan menjalankan usaha ini adalah Pak Rachmat. Beberapa tahun terakhir ini, Pak Rachmat mempercayakan usaha Es Pocong di Margonda tersebut kepada istrinya, Bu Irma Saizah. Hal ini karena Pak Rachmat juga telah disibukkan dengan usaha barunya yatiu usaha ukir-ukiran, yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya, yaitu mahasiswa tamatan bidang kesenian. Sedangkan untuk pengembangan cabang-cabang es Pocong di luar Depok masih diurus langsung oleh Pak Rachmat bersama kedua temannya (Pak Haris dan Pak Hakim). Bu Irma Saizah hanya seminggu sekali datang ke outlet Es Pocong Jalan Margonda untuk melihat dan memeriksa keuangan serta usahanya. Sehari-harinya, Mas Boni lah yang mengatur semua masalah keuangan hingga melayani pelanggan.
Usaha Es Pocong bukanlah usaha yang pertama kali ditekuni oleh Pak Rachmat. Sebelumnya Pak Rahmat pernah mempunyai usaha yang lain, mulai dari menjual aksesoris, mie ayam ceker, hingga DVD bajakan. Namun usaha ini tidak berjalan dengan baik. Kemudian Pak Rachmat mencoba membangun usaha kuliner. Pak Rachmat awalnya menjual bakso dan mendoa di dekat kampus Gunadarma Depok dengan nama Warung Lorong. Kemudian mendirikan usaha yang sama lagi di daerah Kelapa Dua Depok. Kedua usaha tersebut tidak berjalan mulus. Pengunjung yang datang tidak seramai yang diharapkan. Hingga akhirnya Pak Rahmat mendapat ide dari istrinya, Bu Irma Saizah untuk mencoba membuat usaha kuliner di daerah Universitas Indonesia. Awalnya Pak Rachmat sempat pesimis terhadap usulan istrinya karena usaha sebelumnya berjalan kurang memuaskan, namun Pak Rachmat berpikir bahwa tidak ada salahnya jika mencoba. Akhirnya, Pak Rachmat memutuskan untuk mencoba usulan tersebut.
Setelah tiga bulan berdiri, usaha ini ternyata sangat ramai. Untuk menarik perhatian, Pak Rachmat yang dibantu oleh istri dan para pekerjanya mencoba menciptakan menu-menu baru dan membuat menu tersebut dengan nama-nama yang unik. Awalnya Pak Rachmat hanya dibantu oleh dua orang pekerja. Namun karena jumlah pengunjung terus bertambah, Pak Rachmat akhirnya terus menambah jumlah pekerjanya. Sehingga sekarang Pak Rachmat memiliki 13 orang pekerja dan dibantu Mas Boni sebagai pekerja yang paling senior untuk mengatur segala keperluan sehingga Pak Rachmat maupun Bu Irma tidak perlu setiap hari memeriksa usahanya.
Sekarang, kegiatan Pak Rahmat bersama kedua temannya adalah mengembangkan usaha Es pocong ini menjadi usaha waralaba. Usaha waralaba Es pocong kini sudah sangat berkembang di Indonesia dan menjadi Icon Kota Depok. Jumlah outlet Es Pocong yang ada sekitar 31 outlet.

C.  Analisis Hasil Wawancara
Usaha Es Pocong dapat digolongkan menjadi sebuah kewirausahaan karena didalam usaha tersebut terdapat proses penerapan kreativitas dan inovasi. Sebagaimana dijelaskan oleh Zimmerer (dalam Kasmir, 2007) bahwa kewirausahaan merupakan suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menetukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha). Penerapan kreativitas dan inovasi pada usaha Es Pocong ini terlihat dari usaha Pak Rachmat selaku pendiri usaha, yang terus-menerus menciptakan menu-menu yang khas dengan nama-nama yang unik. Menu-menu ini juga memiliki penyajian yang menarik dengan warna-warni dan komposisi yang khas. Menu-menu yang telah ada terus dikembangkan agar lebih menarik minat para pengunjung. Setiap menu baru yang akan dikeluarkan juga sudah melewati tahap uji dengan penuh pertimbangan yang dilakukan oleh Pak Rachmat, Ibu Irma, dan para pekerja di warung Es Pocong.
Pak Rachmat dianggap sebagai seorang wirausaha karena beliau memiliki jiwa kemandirian yang kuat, memiliki sifat kreatif dan inovatif, dan memiliki intuisi kuat untuk menangkap dan menciptakan peluang serta memiliki keberanian untuk mengambil risiko. Sebagaimana dijelaskan oleh Saidi dan Hartati (2008) bahwa wirausaha merupakan orang yang memiliki jiwa kemandirian yang kuat, mampu mensinergikan berbagai potensi dalam organisasinya, memiliki sifat kreatif dan inovatif dan memiliki intuisi kuat untuk menangkap dan menciptakan peluang serta memiliki keberanian untuk menghadapi risiko atas kesuksesan dan kegagalan bisnisnya.
Jiwa kemandirian Pak Rachmat terlihat dari bagaimana Pak Rachmat tetap menekuni usahanya meskipun beliau telah memiliki banyak pekerja. Beliau terus ikut berpartisipasi dalam pengembangan usahanya seperti dalam usaha menemukan menu-menu baru dan usaha pengembangan outlet di luar Kota Depok. Sedangkan kemampuan Pak Rachmat dalam menangkap peluang dapat dilihat dari bagaimana Pak Rachmat bisa menentukan jenis usaha yang cocok dan lokasi yang strategis untuk usaha tersebut. Usaha kuliner yang dipilih Pak Rachmat adalah jenis usaha yang memang cocok untuk didirikan di daerah sekitar kampus. Pemilihan lokasi usaha juga tepat karena berada di persimpangan jalan yang menjadi akses penghubung antara daerah kampus UI dengan daerah luar UI. Sebagian besar Mahasiswa UI yang tinggal di luar daerah kampus UI dan menggunakan angkutan umum biasanya menunggu angkutannya di simpang tersebut sehingga simpang tersebut terlihat ramai dan hal ini berpengaruh positif terhadap usaha Pak Rachmat. Bahkan mahasiswa yang kos di daerah belakang stasiun dan kober bisa menjadikan Es Pocong sebagai tempat jajanan mereka.
Sifat keberanian untuk mengambil risiko juga ada pada diri Pak Rachmat. Hal ini terlihat dari keputusan beliau untuk tetap mencoba mendirikan usaha baru meskipun pada awalnya Pak Rachmat sering mengalami kegagalan. Beliau belajar dari kegagalan sebelumnya dan berusaha melakukan perbaikan pada usahanya sehingga bisa menghasilkan sesuatu yang lebih menguntungkan. Pak Rachmat memindahkan lokasi usahanya ke lokasi yang lebih strategis yaitu di Jalan Margonda, menciptakan kreativitas dan inovasi pada menu-menunya, serta melakukan manajemen yang lebih baik yang didukung oleh investor. Tingkah laku pengambilan risiko merupakan deliberative risk taking atau tingkah laku  pengambilan risiko yang mana para pengambil risikonya telah melakukan pertimbangan secara sadar tentang bagaimana mereka harus bertindak dan telah memperhitungkan konsekuensi serta kemungkinan hasil yang akan mereka peroleh (Yates, 1994). Hal inilah yang telah dilakukan oleh Pak Rachmat yang membuat usahanya terus berkembang.
Usaha Pak Rachmat ini terus mengalami perkembangan karena didukung oleh adanya sarana umpan balik, orientasi masa depan, dan pemfokusan pada nilai prestasi dibandingkan nilai uang.  Seperti yang dijelaskan Zimmerer (dalam Kasmir, 2007) bahwa karakteristik yang dimiliki oleh seorang wirausaha antara lain adalah memiliki hasrat untuk bertanggung jawab terhadap usaha yang mereka jalani, pemilihan resiko yang sedang (mereka adalah pengambil risiko yang penuh perhitungan), memiki hasrat untuk umpan balik yang segera, memiliki tingkat energi yang tinggi, berorientasi masa depan, memiliki keahlian mengorganisir, dan memiliki nilai pada prestasi melebihi uang.
Sarana umpan balik tersedia melalui internet yaitu berupa web blog yaitu http://www.bisnisespocong.blogspot.com. Umpan balik ini menjadi pedoman untuk Pak Rachmat dalam mengadakan perbaikan dan peningkatan dalam usahanya. Pandangan bahwa nilai prestasi sebagai sesuatu yang lebih berharga dibandingkan nilai uang dapat dilihat dari harga Es Pocong yang masih bisa terjangkau oleh masyarakat dan adanya usaha peningkatan prestasi yang sudah dilakukan oleh Es Pocong.
Selain konter di Depok (Pusat), Es Pocong juga membuka cabang di Pondok Labu, Bekasi, Cijantung, Solo (Jawa Tengah), Cileduk dan lainnya. Di antaranya adalah Konter Waralaba. Lebih dari 12 TV Nasional (RCTI, SCTV, Indosiar, Trans TV, Trans 7, TVRI, TPI, JAK TV, O Channel, Global TV, Elshinta TV) dan TV lokal (JTV, CBTV) bahkan TV Internasional seperti televisi VOA America, menayangkan profil usaha Es Pocong di berbagai program. Majalah Nasional dan surat kabar nasional beroplag besar pun memuat berita tentang usaha Es Pocong, seperti Harian Kompas, Suara Pembaruan, Sinar Harapan, Anggun, Kartika, Kartini, Saji, Sedap, Citacinta, Tabloid NOVA dan masih banyak lagi. Begitu pula dengan Radio dan Website, tak henti-hentinya menginformasikan tentang keberadaan usaha Es Pocong ini (http://www.bisnisespocong.blogspot.com).






DAFTAR PUSTAKA

http://www.bisnisespocong.blogspot.com

Kasmir. (2007). Kewirausahaan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Saidi, W & Hartati, S. (2008). Kewirausahaan. Jakarta: Enno Media

Yates, L.F. (1994). Risk Taking Behaviour. New York: John Wiley & Sons



1 komentar:

  1. Aslmkm....saya izin "ngintip" isi blognya yg ini yaa...soalnya dah deadline bgt nh...hehehe..makasihh

    BalasHapus