Jumat, 27 Mei 2011

Tugas Family Tree (Psikologi Lintas Budaya)




Significant Others yang Mempengaruhi Pembentukan Sifat (Kepribadian)

            Significant others yang mempengaruhi pembentukan sifat (kepribadian) saya adalah papa (Lukman), mama (Yuliani), mak uwo (Asni), ibuk (Jusni), pakdang (Rusydi), dan pak etek (Halim). Pengaruh lingkungan yang paling besar tampaknya terjadi pada masa awal kehidupan (McGue,1997 dalam Papalia, 2008). Hal ini terbukti dengan adanya kecenderungan saya untuk menjadikan papa dan mama sebagai significant others saya di awal kehidupan saya.
            Papa dan mama saya adalah orang Minang yang sama-sama perantau di Nusa Tenggara Timur (NTT). Papa berasal dari Bukittinggi dan mama berasal dari Padang. Mereka bertemu, menikah, dan menjalani kehidupan bersama di NTT. Saya dan adik saya pun dilahirkan di NTT. Kedua paman saya yang dari pihak papa, yaitu pakdang (Rusydi)  dan pak etek (Halim) juga sama-sama perantau di NTT. Mereka tinggal serumah dengan keluarga saya (papa, mama, adik). Sehingga kedua paman saya tersebut juga ikut mempengaruhi pembentukan sifat (kepribadian) saya.
            Saat saya kelas 5 SD, saya dipindahkan ke Padang oleh orang tua saya. Saya tinggal di Padang bersama keluarga mama karena orang Minang menganut sistem matrilineal. Dua tahun kemudian, adik saya pun juga dipindahkan ke Padang. Kami diasuh oleh kakak dari mama, yaitu mak uwo (Asni) dan ibuk (Jusni). Rumah mak uwo dan ibuk saya bersebelahan sehingga kedua rumah tersebut menjadi tempat tinggal saya di Padang. Oleh karena itu, mak uwo dan ibuk saya juga menjadi significant others buat saya dan adik.
            Kepindahan saya dari NTT ke Padang membawa perubahan besar dalam hidup saya. Budaya Minang sudah membentuk saya sehingga saya juga memiliki karakteristik yang dimiliki oleh orang Minang pada umumnya, meskipun saya tidak dilahirkan di Minang. Saya yang awalnya tidak bisa mempraktikkan bahasa Minang (hanya mengerti tapi tidak bisa mengucapkan) kini sudah bisa menggunakan bahasa Minang dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga terjadi perubahan dalam hal religius. Saya yang awalnya tinggal di NTT yang mayoritas penduduknya beragama Kristen sekarang tinggal di Padang yang masyarakatnya mayoritas Islam. Sejak di Padang, saya jadi lebih taat beragama karena dipengaruhi lingkungan sekitar.

1.      Papa
Nama                           : Lukman
Etnis                            : Minang (suku Tanjung)
Pekerjaan                     : Pedagang pakaian
Sifat yang diwariskan : Tekun, Jujur, Mandiri

            Sifat yang diwariskan papa kepada saya adalah tekun, jujur, dan mandiri. Sebagai seorang pedagang, papa saya menjadikan ketekunan dan kejujuran sebagai modal yang paling penting dalam menjalankan usahanya. Dari kecil saya diajarkan oleh papa untuk selalu jujur, terutama di sekolah. Papa melarang saya menyontek saat ujian dan melarang saya untuk membuat PR di sekolah. Ketekunan yang dimiliki oleh papa dalam menjalankan usahanya (berdagang) membuat saya juga termotivasi untuk tekun dalam belajar. Kemandirian papa juga terlihat dari keputusan papa untuk merantau di usia mudanya dari Bukittinggi ke NTT untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Hal ini juga terjadi pada saya saat saya memutuskan untuk pindah dari NTT ke Padang agar bisa mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Selama di Padang, saya belajar untuk hidup lebih mandiri karena saya telah tinggal jauh dari orangtua. Hal ini juga saya terapkan sekarang di saat saya tinggal di Depok, jauh dari keluarga. Orang minang yang sudah terbiasa dengan kegiatan merantau membuat mereka juga terdidik untuk bisa hidup mandiri.

2.      Mama
Nama                           : Yuliani
Etnis                            : Minang (suku Jambak)
Pekerjaan                     : Ibu rumah tangga
Sifat yang diwariskan : Penyayang, Pencemas, Penurut, Suka mengeluh

            Sifat yang diwariskan mama kepada saya adalah penyayang, pencemas, penurut, dan suka mengeluh. Mama adalah anak bungsu yang dulunya menjadi anak kesayangan dari kakek dan nenek. Hal ini yang menyebabkan mama tumbuh menjadi orang yang penyayang dan memperlakukan anak-anaknya seperti beliau diperlakukan oleh kakek dan nenek. Sifat penyayang ini akhirnya menurun kepada saya. Mama menanamkan sifat penyayang kepada saya dan adik dengan cara memberikan pengertian kepada kami bahwa sekarang kami berada di perantauan (di NTT) sehingga kami harus saling melindungi, saling menyayangi satu sama lain.
            Sifat penyayang yang berlebihan ini kadang membuat mama menjadi orang yang over protective. Mama sering cemas yang berlebihan saat saya atau adik sedang sakit, meskipun sakitnya hanyalah sakit ringan seperti flu dan batuk. Hal ini juga ternyata menurun kepada saya. Setiap akan mengikuti ujian di sekolah, saya akan merasakan rasa cemas yang berlebihan. Saya cemas jika nantinya saya tidak bisa mengerjakan soal ujian dengan baik. Rasa cemas ini yang membuat saya dan mama juga sama-sama menjadi orang yang suka mengeluh. Mama sering mengeluh ke papa jika saya sakit. Mama merasa menjadi orang tua yang gagal dalam menjaga anaknya dengan baik. Saya juga sering mengeluh ke mama jika saya mendapatkan nilai ujian yang tidak sesuai dengan harapan saya.
            Selain sifat penyayang, pencemas, dan suka mengeluh, sifat yang juga diturunkan mama kepada saya adalah penurut. Mama yang dibesarkan di budaya minang selalu diajarkan untuk menjadi anak yang patuh kepada orang tua. Mama tumbuh menjadi anak yang patuh kepada kakek dan nenek. Hal ini juga yang akhirnya menurun kepada saya sehingga saya tumbuh menjadi anak yang patuh dan penurut kepada orang orang tua dan orang yang lebih tinggi tingkatannya dari saya.

3.      Mak uwo/ tante dari pihak mama
Nama                           : Asni Hosen
Etnis                            : Minang (suku Jambak)
Pekerjaan                     : Guru Sekolah Dasar (SD)
Sifat yang diwariskan : Bijaksana, Kreatif

Sifat yang diwariskan mak uwo kepada saya adalah bijaksana dan kreatif. Mak uwo saya tumbuh menjadi orang yang bijaksana karena tuntutan keadaan. Sebagai anak sulung, mak uwo saya memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengayomi keluarga sejak meninggalnya kakek dan kemudian nenek di masa dewasa muda mak uwo. Dalam keluarga mama, mama juga tidak memiliki saudara laki-laki sehingga kewajiban ini otomatis turun kepada mak uwo saya. Sifat bijaksana ini kemudian turun kepada saya. Saya belajar untuk bisa menjadi orang yang bijaksana di saat saya tinggal bersama mak uwo saya. Setiap saya menghadapi masalah, saya akan menceritakannya kepada mak uwo saya dan mak uwo saya lah yang mengajarkan saya untuk bisa berlaku bijaksana dalam menghadapi setiap masalah.
Mak uwo saya orang yang kreatif sebagaimana wanita minang lainnya. Dari kecil, pada umumnya wanita minang diajarkan untuk menjahit, merenda, dan menyulam. Dalam kehidupan sehari-hari sejak saya pindah ke Padang dan tinggal bersama mak uwo saya, saya sering melihat mak uwo saya menjahit, menyulam, dan merenda. Hal ini kemudian yang mengajarkan saya untuk bisa menjadi orang yang kreatif.

4.      Ibuk/ tante dari pihak mama
Nama                           : Jusni
Etnis                            : Minang (suku Jambak)
Pekerjaan                     : Ibu rumah tangga
Sifat yang diwariskan : Disiplin

Sifat yang diwariskan ibuk kepada saya adalah disiplin. Berbeda dengan mama dan mak uwo saya, ibuk saya adalah tipe orang yang keras dan disiplin. Selama saya tinggal di Padang, saya sudah dididik oleh ibuk saya untuk menjadi orang yang disiplin terutama disiplin dalam  hal waktu. Ibuk saya selalu mengajarkan bagaimana cara menjadi wanita minang yang disiplin, bangun di pagi hari dan menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang biasanya dilakukan wanita minang pada umumnya, seperti membersihkan kamar dan rumah.

5.      Pak dang / paman dari pihak papa
Nama                           : Rusydi
Etnis                            : Minang (suku Tanjung)
Pekerjaan                     : Pedagang pakaian
Sifat yang diwariskan : Sopan
           
            Sifat yang diwariskan pak dang kepada saya adalah sopan. Pak dang saya dikenal sebagai anak yang paling sopan dalam keluarga papa. Pak dang saya yang selalu mengajarkan saya bagaimana cara menjadi wanita minang yang sopan. Pak dang saya selalu mengatakan bahwa wanita minang sopan dalam berpakaian, berbicara, dan bertingkah laku. Di minang, wanita pada umumnya memakai pakaian yang sopan seperti baju kuruang dan pada umumnya berjilbab (menutupi aurat). Pak dang saya juga mengajarkan bagaimana cara duduk, yaitu untuk perempuan minang diharuskan duduk basimpuah (bersimpuh). Saya juga diajarkan oleh pak dang bagaimana cara berbicara dengan orang yang lebih tua (kato mandaki), berbicara dengan orang yang sebaya (kato malereang), dan berbicara dengan orang yang lebih muda (kato manurun). Sehingga kemudian saya bisa menerapkan hal ini dalam kehidupan sehari-hari saya.
           
6.      Pak etek/ paman dari pihak papa
Nama                           : Halim
Etnis                            : Minang (suku Tanjung)
Pekerjaan                     : Petani
Sifat yang diwariskan : Pemalu

                        Pak etek saya adalah anak bungsu di keluarga papa. Pak etek adalah orang yang pemalu dan sangat jarang bicara. Hal ini juga menurun kepada saya. Saya tumbuh menjadi orang yang pemalu dan pendiam. Tapi biasanya hal ini terjadi jika saya berada di lingkungan baru. Jika saya sudah sangat mengenal orang-orang di sekitar saya, maka biasanya rasa malu saya akan menurun dan saya mulai untuk berani berbicara.

1 komentar:

  1. The 10 most lavender-shaped titanium hair dye out there
    The titanium sponge 10 most lavender-shaped titanium hair men\'s titanium wedding bands dye where to buy titanium trim out titanium dioxide there. The 10 most lavender-shaped titanium hair titanium gravel bike dye out there.

    BalasHapus