Kamis, 25 November 2010

Analisis Tokoh dalam Film The Kite Runner (Tugas Etika Smstr.2)

ANALISIS KARAKTER
TOKOH DALAM FILM THE KITE RUNNER


A.      Amir

Amir sebagai tokoh dalam film The Kite Runner ini, digambarkan sebagai seseorang yang masih memiliki hati nurani. Meskipun diawalnya ia terlihat sebagai si pencari aman, lebih baik menghindar ketimbang mengatasi keadaan. Namun di akhir film, ia bisa membuktikan bahwa ia memiliki hati nurani. Ia mau mempertaruhkan nyawanya demi turunan Hazzara, yaitu Sohrab yang merupakan anak dari Hassan. Hati nurani retrospektif yang dimiliki oleh Amir yang membuat ia bisa memberikan penilaian tentang perbuatan-perbuatan yang telah berlangsung di masa lalunya. Hati nurani ini seakan-akan menoleh ke belakang dan menilai-nilai perbuatan yang sudah lewat. Sadar akan kesalahannya membuat Amir merasa hidupnya gelisah. Namun akhirnya rasa bersalah itu berkurang setelah ia berhasil memenuhi permintaan Hassan untuk mengasuh anaknya, Sohrab.
Tindakan Amir yang membiarkan Hassan disiksa oleh anak-anak jalanan dinilai sebagai tindakan yang salah oleh sebagian orang. Namun, jika lebih diamati lagi, tindakan ini bisa saja sebagai tindakan yang tidak salah. Pertimbangannya adalah pada kondisi tersebut Amir berada pada posisi dimana ia tidak memiliki kebebasan moral. Amir menghadapi dilema. Di satu sisi, ia ingin membela Hassan karena kasihan melihat Hassan disiksa, tapi di sisi lain ia merasa takut untuk membela karena tidak ingin ikut disiksa. Dan ia lebih memilih untuk berdiam diri di tempat persembunyian tanpa berupaya membela Hassan.
 Keputusan yang diambil oleh Amir untuk membuat skenario bahwa Hassan telah mencuri jam tangan pemberian ayahnya adalah wujud dari tidak bertanggung jawabnya Amir. Amir melakukannya agar Hassan dan ayahnya keluar dari rumahnya dan kesalahan yang dilakukan oleh Amir tidak akan terungkap. Hal ini jelas salah karena Amir tidak hanya membiarkan Hassan disiksa, tapi Amir juga menutupi kesalahannya tersebut dengan memfitnah Hassan sebagai pencuri jam tangannya. Amir menutupi kesalahannya dengan membuat kesalahan baru.
Amir sebagai anak dari suku Pushtun yang terpandang dianggap memiliki respect yang tinggi. Hal ini bisa terlihat dari perlakuan Amir terhadap Hassan. Meskipun Hassan adalah anak dari suku minoritas Hazara yang menjadi abdi atau pelayan, namun Amir tetap menghormatinya dan menganggapnya sebagai seorang teman. Di saat Hassan berulangtahun, Amir juga tidak merasa iri melihat ayahnya membelikan kado untuk Hassan dan di saat Amir ulang tahun, ia mau menerima kado yang diberikan oleh ayah Hassan. Meskipun ayah Hassan hanyalah seorang pembantu namun Amir menghormatinya dengan mau menerima pemberiannya.
Saat Amir menerima surat dari Hassan yang berisikan permintaan terakhir dari Hassan agar Amir mengasuh anaknya yaitu Sohrab, Amir mampu untuk menjalankan kewajibannya tersebut. Amir rela mempertaruhkan nyawanya untuk pergi ke Kabul bertemu Sohrab, membawanya ke Amerika lalu mengasuhnya sesuai dengan permintaan Hassan.
Banyak tantangan yang dihadapi oleh Amir dalam perjalanannya menuju Kabul untuk bertemu Sohrab. Namun hal ini tidak membuat Amir putus asa dan menyerah. Integritas yang tinggi pada Amir membuatnya bisa berkomitmen terhadap apa yang ingin ia capai. Keteguhan hatinya untuk menemukan Sohrab dan membawanya ke Amerika membuat Amir mampu bertahan hingga akhirnya berhasil mencapai tujuannya.
            Teori etika yang berhubungan dengan tokoh Amir adalah Eudemonisme. Dimana tujuan terakhir manusia adalah kebahagiaan. Sikap Amir yang ingin tetap bahagia dan terhindar dari kesengsaraan membuat ia menjadi seseorang yang suka cari aman. Hal ini tergambar saat Amir memilih untuk tetap berdiam diri di tempat persembunyian tanpa usaha untuk membela Hassan karena takut ikut disiksa oleh anak-anak nakal tersebut. Bukti lainnya yaitu saat Amir membuat skenario yang memfitnah Hassan sebagai pencuri jam tangannya agar Hassan dan ayahnya keluar dari rumahnya dan kesalahannya membiarkan Hassan disiksa tidak akan pernah terungkap.
            Teori eudemonisme menegaskan bahwa dalam setiap kegiatannya manusia mengejar suatu tujuan. Begitu pula dengan Amir. Amir ingin sekali membuat ayahnya bangga kepadanya hingga akhirnya ia bisa membuktikannya lewat menjadi seorang novelis. Amir yang memiliki tujuan untuk menebus kesalahannya juga berhasil mewujudkannya dengan berhasil memenuhi permintaan Hassan untuk membawa Sohrab dari Kabul menuju Amerika.


B.       Hassan

Tokoh Hassan dalam film The Kite Runner ini memiliki kesadaran dan hati nurani. Hal ini terlihat disaat Hassan sadar dengan posisinya sebagai anak pelayan yang harus mengabdi kepada majikannya. Saat ia dicegat oleh anak-anak jalanan dan dipaksa untuk menyerahkan layang-layang yang menjadi hak Amir kepada mereka, Hassan menolaknya. Hati nurani Hassan mengatakan bahwa Amir lah yang berhak atas layang-layang tersebut dan sebagai pelayan, Hassan harus membela tuannya, yaitu Amir.
Rasa tanggung jawab Hassan kepada majikannya yaitu Amir yang membuat Hassan selalu bersedia menemani Amir bermain layang-layang dan mengajarkannya teknik bermain layang-layang. Hassan juga terus mendampingi Amir dan melindungi Amir dari anak-anak nakal yang ingin mengganggunya. Bukan hanya itu saja, bahkan Hassan rela disiksa demi mempertahankan tanggung jawabnya untuk memenuhi janjinya, mengambilkan layang-layang yang menjadi hak Amir.
Hassan adalah tipe anak yang patuh, yang selalu melaksanakan kewajibannya. Hal ini terlihat dari kesehariannya yang menolong ayahnya untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan di rumah Amir. Kewajiban sebagai pelayan di rumah Amir dilaksanakan oleh Hassan setiap harinya.
Ketika Amir menuduh Hassan yang telah mencuri jamnya, Hassan tetap respect terhadap Amir meskipun Hassan tau bahwa Amir berbohong. Hassan tetap mengaku dan tidak mengelak karena ia sangat menghormati Amir. Begitu juga saat Amir melemparnya dengan buah. Hassan tidak marah dan tidak pula membalas untuk melempar Amir dengan buah tersebut.
Meskipun Amir banyak melakukan kesalahan kepada Hassan, Hassan selalu memaafkan Amir dan tetap menjaga integritasnya sebagai pelayan yang hormat kepada majikannya. Dimulai saat Amir tidak berani untuk membela Hassan dan membiarkan Hassan disiksa oleh anak-anak nakal, Amir marah dan melempar Hassan dengan buah, dan Amir memfitnah Hassan sebagai pencuri jam tangan pemberian ayahnya sehingga akhirnya Hassan keluar dari rumah Amir. Semua itu bisa diterima oleh Hassan dan Hassan tetap berteguh pendirian untuk tetap menghormati Hassan sebagai majikan dan tetap menganggap Hassan sebagai sahabat terbaiknya. Bahkan Hassan masih mempercayai Amir untuk merawat anaknya selepas kematiannya dan istrinya.
Teori etika yang berhubungan dengan tokoh Hassan adalah deontologi. Dalam teori deontologi dijelaskan bahwa yang bisa disebut baik dalam arti sesungguhnya hanyalah kehendak yang baik. Kehendak menjadi baik, jika bertindak karena kewajiban dan perbuatan adalah baik jika hanya dilakukan karena wajib dilkukan. Hal inilah yang dilakukan Hassan. Kehendak baik Hassan untuk memenuhi janjinya mengambilkan layang-layang yang putus tetap dipertahankannya meskipun mengancam jiwanya dan membuatnya celaka. Hassan tetap menjalankan kewaibannya sebagai pelayan yang selalu setia mendampingi majikannya yaitu Amir.


Referensi :

Bertens, K.2007.Etika.Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama

http://www.eramuslim.com/berita/dunia/pemeran-film-kite-runner-dievakuasi-ke-uni-emirat-arab.htm

http://www.bukabuku.com/browse/bookdetail/50678/the-kite-runner-republish-2008.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar